Ilustrasi sifat salbiyah Allah. Foto Freepik. Sifat salbiyah adalah salah satu sifat wajib yang dimiliki Allah sebagai Tuhan Pencipta alam. Sifat ini wajib diimani oleh setiap umat berasal dari kata salab yang artinya negatif atau menolak. Maksudnya, sifat ini tidak mungkin dimiliki oleh selain Allah dan tidak bisa disamakan oleh sesuatu. Hanya Allah saja sebagai Dzat Maha Kuasa yang memiliki sifat ini. Sehingga, tidak mungkin sifat salabiyah dimilki oleh makhluk buku Ilmu Tauhid terbitan Duta Media Publishing, sifat salbiyah Allah terbagi menjadi lima, yaitu qidam, baqa, mukhalaafatuhu lil hawadisi, qiyamuhu binafisihi, dan wahdaniyah. Berikut penjelasan masing-masing sifat Sifat Salbiyah AllahIlustrasi sifat salbiyah Allah. Foto Freepik. Qidam artinya dahulu, sebagai Pencipta segala sesuatu, Allah wajib ada terlebih dahulu sebelum makhluk-Nya. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang memiliki tidak bisa mengetahui kapan alam semesta ini diciptakan, namun manusia dapat mengimani bahwa Allah telah ada sebelum alam ini ada. Hanya saja, adanya Allah tidak ada ada permulaannya pasti akan ada akhir, yang artinya Allah adalah hal baru yang sama dengan makhluk. Hal ini sangat mustahil bagi Allah sebagai pencipta segala isi alam dari buku Aqidah Akhlaq karya Taofik Yusmansyah, dalil yang menerangkan sifat qidam adalah surat Al Hadid ayat 3هُوَ الْاَوَّلُ وَالْاٰخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌArtinya Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala buku Al Juwani Peletak Dasar Teologi terbitan Erlangga, secara bahasa, baqa berarti Kekal. Artinya, Allah sebagai Dzat yang menciptakan alam beserta isinya ini tetap ada, kekal, dan tidak berubah. Seperti dijelaskan dalam Alquran surat Al Qasas ayat 88, yang berbunyiوَلَا تَدْعُ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَۘ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ اِلَّا وَجْهَهٗ ۗ لَهُ الْحُكْمُ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ ࣖArtinya Dan jangan pula engkau sembah tuhan yang lain selain Allah. Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia. Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Segala keputusan menjadi wewenang-Nya, dan hanya kepada-Nya kamu mustahil sifat salbiyah baqa dimiliki oleh makhluk. Sebab, semua makhluk mengalami perubahan dan berproses menuju titik akhir, yaitu Mukhalaafatuhu lil hawadisiIlustrasi sifat salbiyah Allah. Foto Freepik. Sifat Allah mukhalaafatuhu lil hawadisi memiliki arti Allah berbeda dengan makhluk-Nya baik sifat maupun Zat-Nya. Sebagai contoh sederhana, sebuah robot yang dibuat bisa menirukan gerakan manusia. Namun, robot ini tidak akan sama dengan manusia yang karenanya, tidak ada manusia yang bisa menyamakan hasil ciptaan Allah. Hal ini ditegaskan dalam surat Al Ikhlas ayat 4وَلَمۡ يَكُنۡ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌArtinya Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan binafisihi artinya bisa berdiri sendiri. Maksudnya, Allah tidak membutuhkan bantuan apapun, dari siapapun, dan tidak bergantung pada apapun. Justru semua makhluk ciptaan-Nyalah yang bergantung kepada-Nya. Mengutip buku Syekh Siti Jenar Makrifat dan Makna Kehidupan karya Achmad Chodijim, sifat ini ditegaskan dalam surat Al Ankabut ayat 6وَمَنْ جَاهَدَ فَاِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهٖ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَArtinya Dan barangsiapa berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu untuk dirinya sendiri. Sungguh, Allah Mahakaya tidak memerlukan sesuatu dari seluruh artinya Yang Maha Esa. Maksudnya, Allah adalah satu, baik sifat, Zat, maupun perbuatan-Nya. Seperti ditegaskan dalam surat Al Anbiya ayat 22, yang berbunyiلَوْ كَانَ فِيْهِمَآ اٰلِهَةٌ اِلَّا اللّٰهُ لَفَسَدَتَاۚ فَسُبْحٰنَ اللّٰهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُوْنَArtinya Seandainya pada keduanya di langit dan di bumi ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Mahasuci Allah yang memiliki Arsy, dari apa yang mereka sifatkan.
Aqidah- atau i'tiqod secara bahasa yaitu berasal dari kata al 'aqdu yang memiliki arti sekitar makna kokoh, kuat, dan erat. Dan secara istilah yang umum, kata akidah memiliki keyakinan yang kokoh terhadap sesuatu, tanpa keraguan. Berikutini adalah penjelasan lengkap tentang aqidah da beberapa paenjelasan mengenai manayang hapir sama
laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." ( QS. Al-Maidah : 38). Ayat ini menetapkan bahwa pencurian menjadi sebab diwajibkanya potong tangan. b. Macam-macam Hukum Wad'i.
Arti Astaghfirullahaladzim. Foto UnsplashSebagai Muslim, mengetahui arti astagfirullahaladzim merupakan pengetahuan yang penting. Kalimat astagfirullahaladzim termasuk kalimat istighfar. Biasanya, orang-orang menyederhanakan jadi istighfar sendiri adalah kalimat yang secara khusus ditujukan untuk meminta maaf atau taubat atas kesalahan dan dosa-dosa yang dilakukan karena melanggar larangan Allah penjelasan selengkapnya mengenai astagfirullahaladzim di bawah Itu Astaghfirullahaladzim?Apa Itu Astaghfirullahaladzim. Foto UnsplashKalimat astagfirullahaladzim dalam bahasa Arab ditulis seperti iniArtinya adalah "aku mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung". Sementara astagfirullah memiliki arti "aku memohon ampun kepada Allah".Muslim dianjurkan untuk senantiasa mengucap kalimat astagfirullahaladzim atau astagfirullah, sebab kalimat istighfar bagian dari doa dan dari buku 8 Kalimat Al-Thayyibah yang ditulis M. Fauzi Rachman, pengucapan kalimat istighfar harus diikuti dengan bertaubat sebagai suatu tindakan nyata. Astagfirullahaladzim tidak hanya dilisankan, meskipun dengan mengucap sudah mendatangkan pahala. Namun, harus diiring dengan tindakan penyesalan dan memperbaiki hubungan dengan Allah Membaca IstigfarKeutamaan Membaca Istigfar. Foto PexelsBerikut beberapa keutamaan membaca astagfirullahaladzim atau kalimat istighfar Rezeki DilancarkanBeristighfar dapat memberikan jalan dan mendatangkan rezeki. Hal tersebut sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah "Barangsiapa memperbanyak istighfar, niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya, dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka." HR. Ahmad dan Al-hakim2. Dihapuskan DosanyaKalimat istighfar dapat menghapuskan dosa seperti dijelaskan dalam hadist berikutArtinya "Wahai hambaku, sesungguhnya kalian berbuat dosa di waktu siang dan malam. Dan aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya. Maka beristighfarlah kepadaku, pasti aku mengampuni kalian." HR. Muslim3. Terlindung dari AzabKeutamaan yang terakhir adalah dapat melindungi hamba dari azab Allah Swt. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah "Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau Muhammad berada di antara mereka. Dan tidaklah pula Allah akan menghukum mereka, sedang mereka masih memohon ampunan." Al-Anfal 33Kalimat Istighfar selain AstaghfirullahaladzimKalimat Istighfar Selain Astaghfirullahaladzim. Foto PexelsSelain astaghfirullahaladzim, terdapat beberapa kalimat istighfar lainnya yang bisa kamu Bacaan Istigfar Setelah Salat"Astaghfirullah hal'adzim, aladzi laailaha illahuwal khayyul qoyyuumu wa atuubu ilaiih."Artinya "Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung, yang tiada Tuhan selain Dia Yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri Sendiri, dan aku bertaubat kepada-Nya."2. Bacaan Istighfar Penghapus Dosa Besar"Astaghfirullah, alladzi la ilaha illa huwal hayyul qayyumu wa atuubu ilaih."Artinya "Aku memohon ampun kepada Allah, Dzat yang tidak ada sesembahan kecuali Dia. Yang Maha hidup lagi Maha Berdiri Sendiri. Dan aku bertaubat kepada-Nya."3. Bacaan Istighfar Nabi Muhammad Saw Sebelum Wafat"Subhanallahi wabihamdih, astaghfirullaha wa atuubu ilaih."Artinya "Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya. Aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya."4. Bacaan Sayyidul Istighfar"Allahumma anta Rabbi, La Ilaha illa anta, Khalaqtani wa ana abduka, wa ana ala ahdika wa wa’dika, mas tatha’tu, audzu bika min syarri ma shana’tu, abu’u laka bi ni’matika wa abu’u laka bi dzanbi, faghfir li, fainnahu la yaghfirudz dzunuba illa anta."Artinya "Ya Allah, Engkaulah pemeliharaku. Tiada sesembahan kecuali Engkau. Engkau ciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu. Dan aku berada pada kesepakatan dan perjanjian denganMu, semampuku. Aku berlindung kepada Engkau dari keburukan yang aku perbuat. Aku bertaubat kepada-Mu dengan karunia-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu dengan dosaku. Maka, ampunilah aku karena tiada yang mampu mengampuni dosa kecuali Engkau."Nah, demikianlah penjelasan mengenai kalimat astaghfirullahaladzim. Semoga informasi di atas bermanfaat, ya!Apa keutamaan membaca astaghfirullahaladzim?Apa itu kalimat istighfar?Apa bacaan istighfar setelah solat? Sifatjaiz Allah SWT - Allah SWT adalah Tuhan semesta alam. Allah adalah satu-satunya Tuhan yang pantas untuk disembah. Untuk itu sebagai makhluk ciptaan-Nya, kita harus mengenal Tuhan kita termasuk sifat sifat yang dimiliki-Nya. Allah memiliki sifat sifat yang ada dalam sifat wajib bagi Allah, di antaranya adalah sifat wujud, qidam, baqa' dan Ada 2 Pandangan Mengenai Dzat ALLAH SWT Larangan dalam memikirkan Dzat ALLAH SWT. Tidak ada larangan dalam memikirkan Dzat ALLAH SWT. Pandangan di atas sebenarnya bukan suatu perdebatan, melainkan khasanah untuk menjadi orang yang Berfikir dan Berilmu, carilah dengan Berfikir amalkanlah dengan Berilmu. MOHON TULISAN INI JANGAN DIJADIKAN PERANG AQIDAH SEBAGAI AJANG UNTUK MENCARI FIRQAH YANG PALING BAIK DAN BENAR. Ijinkan saya menjelaskan Text biru dan Text Hijau Penjelasan No 1 Larangan dalam memikirkan Dzat ALLAH SWT Allah SWT berfirman, yang artinya, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.'” Ali Imran 191. “Katakanlah, Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.'” Yunus 101. “Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu Karena mereka akan masuk neraka.” Shaad 27. Rasulullah saw. juga bersabda yang artinya, “Berfikirlah tentang nikmat-nikmat Allah, dan jangan sekali-kali engkau berfikir tentang Dzat Allah.” Hasan, Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah [1788]. Diriwayatkan dari Fudhalah bin Ubaid dari Rasulullah saw., beliau bersabda “Tiga jenis orang yang tidak perlu engkau tanyakan lagi nasibnya; orang yang memisahkan diri dari jama’ah, ia mendurhakai imam dan mati dalam keadaan durhaka. Budak wanita atau pria yang melarikan diri dari tuannya, lalu mati. Dan seorang wanita yang ditinggal oleh suaminya dengan memberi perbekalan yang cukup, lalu sepeninggal suaminya ia bersolek untuk lelaki lain.” Tiga jenis orang yang tidak perlu engkau tanyakan lagi nasibnya; Orang yang merampas selendang Allah, sesungguhnya selendang Allah adalah kesombongan-Nya, sarung-Nya adalah kemuliaan. Orang yang ragu tentang Allah. Dan orang yang berputus asa terhadap rahmat Allah.” Shahih, HR Bukhari dalam al-Adabul Mufrad [590], Ahmad [IV/19], Ibnu Hibban [4559], Ibnu Abi Ashim dalam as-Sunnah [89], dan al-Bazzar [84]. Diriwayatkan dari Aisyah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya syaitan mendatangi salah seorang dari kamu, lalu mengatakan, Siapakah yang telah menciptakanmu?’ Allah!’ jawabnya. Lalu syaitan bertanya lagi Lalu siapakah yang menciptakan Allah?’ Jika kalian menghadapi hal seperti ini, maka hendaklah ia mengucapkan, Aku beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya.’ Sesungguhnya, ucapan itu dapat menghilangkan waswas syaitan itu.” Shahih, HR Ahmad [VI/258] dan Ibnu Hibban dalam al-Mawarid [41] Diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Rasulullah saw., beliau bersabda, “Sesungguhnya syaitan mendatangi salah seorang dari kamu, lalu berkata, Siapakah yang telah menciptakan ini? Siapakah yang telah menciptakan itu?’ Hingga syaitan berkata kepadanya Siapakah yang menciptakan Rabb-mu?’ Jika sudah sampai demikian, maka hendaklah ia berlindung kepada Allah dengan mengucapkan isti’adzah dan berhenti.” HR Bukhari [3276] dan Muslim [134]. Dari jalur lain diriwayatkan dengan lafazh. “Hampir tiba masanya orang-orang saling bertanya sesama mereka. Sehingga ada yang bertanya, Allah telah menciptakan ini dan itu, lalu siapakah yang menciptakan Allah?’ Jika mereka mengatakan seperti itu, maka bacakanlah, Katakanlah Dialah Allah, Yang Mahaesa.’ Allah adalah Ilah yang bergantung kepada-Nya segala urusan. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.’ Al-Ikhlas 1-4. Kemudian, hendaklah ia meludah ke kiri sebanyak tiga kali, lalu berlindung kepada Allah dari gangguan syaitan dengan mengucapkan isti’adzah.” HR Abu Dawud [4732], An-Nasa’i dalam Amalul Yaum wal Lailah [460], Abu Awanah [I/81-82], Ibnu Abdil Barr dalam at-Tamhiid [VII/146]. Diriwayatkan dari Anas bin Malik ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, Allah SWT berfirman, Sesungguhnya ummatku akan terus-menerus bertanya apa ini, apa itu?’ Hingga mereka bertanya, Allah telah menciptakan ini dan itu lalu siapakah yang menciptakan Allah'” HR Muslim [136]. Dalam riwayat lain ditambahkan, “Pada saat seperti itu mereka tersesat.” Shahih, HR Ibnu Abi Ashim dalam as-Sunnah [647]. Kandungan Bab 1. Allah SWT. telah menganjurkan dalam Kitab-Nya agar berfikir dan bertadabbur. Anjuran ini ada dua macam. Pertama, anjuran mentadabburi ayat-ayat Al-Qur’an dan ayat-ayat-Nya yang dapat disimak. Agar seorang hamba dapat memahami maksud Allah swt dan dapat meyakini kehebatan atau Al-Qur’an sebagai Kalamullah dan mukjizat yang tidak ada kebathilan di dalamnya, dari depan maupun dari belakang. Sebagaimana yang Allah SWT firmankan, “Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur-an? kalau kiranya al-Qur-an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” An-Nisaa’ 82. “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” Muhammad 24. Kedua, anjuran memikirkan keagungan ciptaan Allah, kerajaan dan kekuasaan-Nya, serta ayat-ayat yang dapat disaksikan, agar seorang hamba dapat merasakan keagungan al-Khaliq, dapat mengakui Al-Qur’an. Sebagaimana yang Allah SWT. firmankan, “Katakanlah, Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi.'” Yunus 101. “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelas bagi mereka, bahwa Al-Qur’an itu benar. Dan apakah Rabbmu tidak cukup bagi kamu, bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu.” Fushshilat 53. 2. Memikirkan tanda-tanda kebesaran Allah swt yang dapat disaksikan dan mentadabburi ayat-ayat Allah yang dapat disimak tidaklah dibatasi dengan keadaan atau waktu tertentu seperti yang dibuat-buat oleh kaum sufi atau ahli kalam, dengan menggunakan istilah renungan pemikiran dan lainnya, dalilnya adalah firman Allah SWT, “Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata, Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” Ali Imran 191. 3. Dzat Allah tidak akan bisa terjangkau oleh akal pikiran dan tidak akan bisa dikira-kirakan. Allah SWT. berfirman, “Sedangkan ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya.” Thaahaa 110. Karena Dzat Allah Mahaagung dan Mahatinggi dari kandungan permisalan dan qiyas. “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang penglihatan itu.” Al-An’aam 103. Dan bagi al-Khaliq, tidak ada penyerupaan, tandingan dan juga permisalan, “Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia.” Al-Ikhlash 4. Oleh sebab itulah melalui lisan Rasul-Nya, Allah Yang Mahabijaksana melarang berfikir tentang Dzat-Nya Yang Mahasuci. 4. Berfikir tentang Dzat Allah akan menggiring pelakunya kepada keragu-raguan tentang Allah. Dan siapa saja yang ragu tentang Allah, pasti binasa. Sebab ia akan dicecar oleh pertanyaan-pertanyaan membingungkan yang lahir dari permikiran sesat, “Allah menciptakan ini dan itu lalu siapakah yang menciptakan Allah?” Pertanyaan itu pada hakikatnya sangat kontradiktif dan kabur maksudnya. Sebab Allah adalah Pencipta bukan makhluk! Allah SWT berfirman, “Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan.” Al-Ikhlash 3. Penyatuan dan perkara yang saling kontradiktif adalah sebuah kekeliruan, bahkan sebuah kemustahilan dan ketidakmungkinan. Karena kesamaran itulah, syaitan menerobos masuk ke dalam hati manusia sehingga mereka ragu tentang Allah. Pertanyaan itu pada hakikatnya menyamakan Allah ak-Khaliq dengan makhluk. Tanpa ragu lagi. Makhluk pasti ada yang menciptakannya. Akan tetapi pertanyaan tidak berhenti sampai di situ, bahkan dilanjutkan dengan pertanyaan tentang siapa yang menciptakan Pencipta. Maka, jatuhlah ia dalam penyerupaan al-Khaliq dengan makhluk, wal iyaadzubillaah. 5. Pengobatan untuk waswas Iblis dan pemikiran-pemikiran syaitan ini, yaitu mengikuti tata cara Al-Qur’an dan As-Sunnah yang dijelaskan oleh Rasulullah saw. 1. Membaca surat Al-Ikhlas. 2. Meludah ke kiri sebanyak tiga kali. 3. Berlindung kepada Allah swt dari gangguan syaitan yang terkutuk dengan membaca isti’adzah. 4. Mengatakan, “Aku beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. 5. Memutus waswas dan menghentikan keraguannya. 6. Bimbingan Nabawi tadi merupakan cara yang paling mujarab untuk mengobati penyakit waswas dan lebih ampuh untuk memutusnya daripada cara jidal perdebatan logika yang sempit yang pada umumnya malah membuat orang bingung. Hendaklah orang yang waras akalnya memperhatikan benar sabda Nabi, “Sesungguhnya hal itu dapat menghilangkannya.” Jadi, siapa saja yang melakukannya semata-mata ikhlas karena Allah dan ketaatan kepada Rasul-Nya, maka syaitan pasti lari. 7. Kaum Salafush Shalih menerapkan metodologi Al-Qur’an dalam memutus waswas ini. Diriwayatkan dari Abu Zumail, ia berkata, “Aku bertanya kepada Ibnu Abbas kukatakan padanya, Ada suatu perkara yang terlintas dalam hatiku.'” “Apa itu?” tanya beliau. “Demi Allah, aku tidak ingin membicarakannya!” jawabku pula. Beliau berkata, “Adakah itu sesuatu yang membuatmu ragu?” Beliau tersenyum, lalu berkata, “Tidak ada seorang pun yang terhindar dari hal itu. Namun Allah SWT telah menurunkan firman-Nya, “Maka, jika kamu Muhammad berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca al-Kitab sebelum kamu.” Yunus 94 Lalu ia berkata kepadaku, “Jika engkau merasakan sesuatu yang meragukan di dalam hati, maka katakanlah, Dia-lah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Mahamengetahui segala sesuatu.'” Al-Hadiid 3. Shahih, HR Abu Daud [5110]. Sumber Diadaptasi dari Syaikh Salim bin Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar’iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari Pustaka Imam Syafi’i, 2006, hlm. 91-98. Penjelasan No 2 Tidak ada larangan dalam memikirkan Dzat ALLAH SWT Adanya banyak pemahaman apakah Dzat Allah itu ada, bagaimana wujud-Nya, bagaimana kuasa -Nya dll yang berbeda beda membuat perdebatan tersendiri tentang Tuhan. Sebagai landasan berpikirnya akal kita juga harus berpedoman terhadap kaidah kaidah pokok dalam berakidah. Menurut Syeik Ali Ath Thanthawi dalam kitabnya yang berjudul ” Ta’riif Aam bi Diinil Islam” disebutkan bahwa kaidah kaidah pokok dalam berakidah adalah sbb 1.. Sesuatu yang dapat ditangkap dengan inderaku, maka tidak diragukan lagi bahwa ia itu ada. — > Inilah akal manusia, tetapi berdasarkan pengalamannya fatamorgana yang terjadi di padang pasir sangat mengecoh pengetahuannya tentang adanya sekumpulan air. Pena yang lurus jika diletakkan di dalam gelas akan tampak bengkok. Penglihatan mata tidak mungkin terjadi jika tidak ada cahaya, sementara cahaya tidak berguna untuk seorang yang buta. Jadi disimpulkan, penglihatan fisik sangatlah lemah dan dapat menipu. 2.. Ada beberapa hal yang belum pernah kita lihat dan kita rasakan, namun kita meyakini keberadaannya, seperti halnya yang telah kita rasakan. —> Dicontohkan, kita percaya India atau Brasilia itu ada, padahal kita belum pernah kesana. Demikian halnya, kita percaya bahwa Iskandar al Maqduni telah berhasil membuka negeri Persia. Kita percaya bahwa Walid bin Abdul Malik telah membangun Masjid Jami’ Umawy, padahal kita bukanlah termasuk orang yang ikut perang dan menyaksikan pembangunan masjid tersebut. Lantas kenapa kita meyakini atas peristiwa itu ? Jadi keyakinan disamping diperoleh melalui indera juga melalui berita berita yang disampaikan oleh orang yang shidiq jujur sehingga ucapan dan perkataannya dapat dipercaya oleh orang lain. 3.. Sejauh manakah pengetahuan yang dapat diperoleh indera kita ? Apakah indera kita dapat mengetahui semuanya yang maujud…? —> Perumpaannya adalah seperti seorang yang dipenjara oleh seorang raja di dalam sebuah ruangan dengan pintu dan jendela yang tertutup, serta beberapa celah dinding penjara. Satu celah menghadap ke arah sungai yang mengalir ke sebelah timur, satu celah menghadap ke arah gunung sebelah barat, satu celah menghadap istana di sebelah utara dan celah yang lain menghadap lapangan di sebelah selatan. Dalam perumpamaan ini pengetahuan si terpenjara yang dimiliki sebatas celah celah yang ada di dinding penjara. Seorang yang dipenjara itu tidak akan dapat melihat secara keseluruhan sungai di sebelah timur hanya dari balik celah penjara. Nah, demikian pula indera kita bagaimana mungkin kita bisa melihat semua yang berwujud, sementara indera kita sangat terbatas. Demikianlah kaidah kaidah pokok dalam berakidah. Sejarah membuktikan, bagaimana seorang tokoh komunis seperti Stalin meminta didoakan untuk kesembuhan penyakit yang dideritanya. Demikian juga DN Aidit – tokoh PKI, bagaimana ia mengatakan saat ditanya apakah ia percaya akan Tuhan..? Ia menjawab ” hanya Tuhanlah yang tahu, apakah saya percaya Tuhan atau tidak”. Dari jawaban DN Aidit dapat disimpulkan sebenarnya ia sendiri percaya kepada Tuhan. Imam Abu Hanifah berdebat dengan seorang yang atheis, dia menanyakan ” Apakah anda percaya bila saya katakan ada sebuah kapal dengan muatan yang penuh di tengah tengah ombak besar lautan ia tetap bisa berlayar dengan baik meskipun tanpa nahkoda ? Orang atheis itu pun menjawab ” Tentu tidak percaya”. Nah, begitu pula dengan alam semesta ini, bagaimana mungkin alam semesta ini yang sangat luas dapat berjalan sangat teratur dengan sendirinya ? tentulah ada yang menciptakannya, kata Imam Abu Hanifah. Di waktu lain Syeikh Abu Hammad diundang oleh orang orang atheis yang ingin berdebat dengannya periha “Dzat Allah”. Karena sesuatu hal Syeikh Abu Hammad memerintahkan mruidnya, Imam Abu Hanifah untuk memenuhi undangan kelompok orang atheis tersebut. Percakapan pun dimulai. Orang Atheis “Tahun berapa tuhan engkau diciptakan ?” Imam Abu Hanifah ” Tuhan tidak dilahirkan, kalau tuhan dilahirkan tentunya dia punya ayah dan ibu, lam yalid wa lam yuulad”. Orang Atheis “Tahun berapakah tuhan muncul ?” Imam Abu Hanifah ” Tuhan ada sebelum adanya waktu dan penanggalan, Tuhan lah yang menciptakan waktu”. Orang Atheis “Kami minta contoh kongkrit”. Imam Abu Hanifah Bilangan berapa sebelum empat ?” Orang Atheis ” Tiga”. Imam Abu Hanifah Bilangan berapa sebelum tiga ?” Orang Atheis ” Dua”. Imam Abu Hanifah Bilangan berapa sebelum dua ?” Orang Atheis ” Satu”. Imam Abu Hanifah Bilangan berapa sebelum satu ?” Orang Atheis ” Tidak ada “ Imam Abu Hanifah Jika dalam ilmu hitung saja tidak ada sebelum satu, bagaimana dengan satu hakiki adanya tuhan ? Sesungguhnya Dia lah yang permulaan dan yang akhir”. Orang Atheis “Kemanakah arah Tuhan menghadap?” Imam Abu Hanifah” Jika kita menghadapkan sebua lampu di dalam kegelapan, maka ke arah manakah cahaya lampu itu?” Orang Atheis ” Ke semua arah “ Imam Abu Hanifah ” Begitulah , juka cahaya yang dibuat oleh manusia saja seperti itu bagaimana dengan cahaya langit dan bumi?” Orang Atheis ” Bagaimana bentuk Dzat Tuhan, apakah dia seperti air, besi atau seperti asap ?” Imam Abu Hanifah “Pernahkah anda melihat orang sakratul maut dan meninggal ? apakah yang terjadi ?” Orang Atheis “Keluarnya ruh dari jasad “. Imam Abu Hanifah ” Bagaimana bentuk ruh ?” Orang Atheis “Kami tidak tahu” Imam Abu Hanifah ” Bagaimana kita bisa menjelaskan ruh Dzat Tuhan, sementara ruh ciptaan -Nya saja anda tidak tahu”. Orang Atheis “Lantas di tempat manakah tuhan berada ?” Imam Abu Hanifah “Kalau kita menyuguhkan susu segar, maka di dalam susu itu adakah minyak samin ?” Orang Atheis “ya. Imam Abu Hanifah ” Dimanakah letak minyak samin ?” Orang Atheis “Minyak samin itu bercampur menyebar di dalam kandungan susu”. Imam Abu Hanifah ” Bagaimana aku harus menujukkan dimana Allah berada, kalau minyak samin yang ciptaan manusia saja tidak dapat anda lihat dalam kandungan susu itu ?” Orang Atheis “Jika semua yang ada dunia ini sudah ditakdirkan, lalu apa yang dikerjakan Tuhan sekarang ?” Imam Abu Hanifah ” Menunjukkan apa yang telah diciptakan -Nya, meninggikan derajat sebagian manusia dan merendahkan sebagian manusia lainnya. Orang Atheis ” Jika waktu permulaan masuknya manusia ke surga ada, mengapa tidak ada akhir waktunya “ Imam Abu Hanifah ” Bukankah ilmu hitung yang kita kenal ada awalan, namun tidak ada akhirannya ?” Orang Atheis ” Jika di surga diceritakan ada selalu ada makan – seperti di dunia sekarang ini, kenapa tidak ada buang air besar atau buang air kecil ?” Imam Abu Hanifah “Bukankah selama 9 bulan di kandungan janin selalu makan melalui darah ibu, dan tidak buang air besar atau air kecil ? Orang Atheis ” Bagaimana mungkin kenikmatan makanan di surga tidak akan habis selamanya ?” padahal terus menerus dimakan “. Imam Abu Hanifah ” Bukankah kalau ilmu yang diamalkan tidak membuat kita bodoh, justeru membuat kita lebih pintar ?” Di waktu yang lain Imam Abu Hanifah diundang oleh kelompok atheis yang lain untuk membicarakan masalah Dzat Tuhan. Janji yang disampaikan Imam Abu Hanifah adalah sebelum tengah hari, namun matahari sudah condong ke barat Imam Abu Hanifah belum juga datang. Dengan wajah yang agak marah kelompok atheis itu membanggakan diri, kalau sang ulama itu tidak sanggup berdebat dengan dirinya karena tidak memounyai dalil dalil yang cukup kuat untuk membuktikan kebenaran adanya Tuhan. Hari menjelang sore, sang ulama pun belum juga muncul. Akhirnya kelompok atheis ini ingin membubarkan diri. Di saat itulah Imam Abu Hanifah muncul. Dengan marah kelompok atheis itu bertanya, kenapa janjinya molor. Imam Abu Hanifah pun meminta maaf, dan bercerita. ” Tadi saya sebelum siang sudah berangkat dari rumah, namun pada saat saya akan melalui sungai, saya tidak menemukan satu orang pun Tukang Perahu. Kemudian saya tunggu sampai siang, namun belum juga datang si tukang perahu yang akan menyeberangkan saya ke desa ini. Tapi tiba tiba ada beberapa potong kayu yang hanyut di hadapan saya kemudian dengan sendirinya dia merakit sendiri satu per satu potongan kayu tersebut menjadi perahu yang sangat bagus. Akhirnya saya menaiki perahu tersebut dan sampailah saya menyeberangi sungai yang membatasi desa ini. Atas cerita Imam Abu Hanifah tersebut, orang orang atheis itu serentak mengatakan ” Kamu pembohong !” mana mungkin potongan kayu itu dapat dengan sendirinya menjadi perahu yang bagus tanpa ada yang membuatnya “. Imam Abu Hanifah pun menjawab, ” demikian juga dengan alam semesta yang luas dan teratur ini, mana mungkin tercipta dengan sendirinya, pastilah ada yang membuatnya, Dia lah Allah swt. !” Ada juga dalil dalil akal yang lain seperti Imam Syafi’i ketika ditanya tentang Tuhan, dia berkata ” Dalil ku adalah daun kertau, karena meski daun itu punya rasa, bentuk, warna dan kndungan zat yang sama, tetapi kalau ia dimakan oleh ulat sutera ia dapat menghasilkan kain sutera, jika ia dimakn oleh lebah maka ia akan menghasilkan madu, jika ia dimakan oleh domba maka ia akan menghasilkan bulu, daging dan susu domba, jika ia dimakan oleh rusa maka ia dapat menggemukkannya dan membuat bau wangi di tanduknya. Akhirnya siapakah yang mengatur itu semua padahal satu sumber makanan yang berbeda, tetapi dapat menghasilkan bermacam macam zat yang berbeda beda ?” jawabannya adalah Allah swt, Sang Pencipta alam semesta. Itulah pembuktian akal atas Dzat Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa, Tuhan Yang Maha Pencipta. Sesungguhnya akal kita diciptakan dalam keterbatasan, namun demikianlah Allah memerintahkan kita untuk selalu berpikir atas segala sesuatu yang telah diciptakan Nya. Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir. Alangkah celakanya kita, kalau semua tanda tanda kekuasaan Allah swt yang terlihat dan terasa oleh kita saja tidak dapat menumbuhkan suatu bentuk keimanan dalam diri kita. Perasaan iman adalah fitrah yang tidak mungkin dibohongi oleh semua makhluk Tuhan, mungkin secara lisan dia tidak mengakuinya, tetapi hakikat iman pastilah ada di dalam ruhnya masing-masing. Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah pulalah yang disembah. Bagaimana mungkin manusia yang sombong dapat melakukan atau menciptakan sebuah atau sesuatu barang satu saja persis seperti yang Allah ciptakan ? Tidaklah mungkin. Teknologi manapun tidak akan pernah membuat atau menciptakan persis dengan yang Allah ciptakan. Dan apabila ada orang yang kufur tertutupi atas kekuasaan Allah swt, maka semata mata karena mereka tidak mengerti, yang pada akhirnya ketidakmengertiannya akan menutupi mata hatinya sendiri, padahal hati mereka yang sebenar benarnya mengakui atas Dzat Allah swt Sang Pencipta. Akhirul kalam, tidakkah kita malu kepada Sang Pencipta padahal kita tahu bahwa kita ada yang menciptakan. Masih pantaskah kita menyombongkan diri di hadapan Dzat Yang Maha Besar? Tidaklah setiap orang menciptakan dirinya sendiri, sehingga ia dapat menyombongkan diri. Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan diri mereka sendiri? “Sesuatu yang tidak ada, tidak mungkin menciptakan sesuatu yang ada ” Semoga menjadi pelajaran untuk kita di dalam mencari kebenaran suatu jawaban, jgn takut salah karena bila kita salah kita bisa perbaiki bersama2. Jangan merasa benar karena kebenaran milik ALLAH SWT. Allahuma ini as aluka bismika Ya ALLAH , Ya RAHMAN, Ya RAHIM, Ya KARIM, Ya MUQIM, Ya HAKIM. NYaX.